Pernahkah anda mendengar istilah kalau dunia Marketing itu penuh dengan metriks palsu atau sering disebut dengan istilah vanity metrics?
Anggapan semacam ini pada umumnya muncul disebabkan karena yang sering terjadi adalah kebanyakan pekerja Marketing sibuk menyajikan angka-angka yang sekedar ditarik dari beberapa dasbor sosial, menunjukkan angka seperti number of followers, number of likes, hingga engagement rates atas sebuah konten kreatif yang terkadang tidak memiliki objectives yang sejalan dengan tujuan utama bisnis atau brand tersebut.
Terlalu banyak pihak yang salah mengartikan divisi Marketing sebagai sebuah divisi yang semata-mata tentang pembuatan konten kreatif, kampanye branding dan beriklan , dimana di sisi lain, para pemegang kepentingan sebuah bisnis / perusahaan memandang divisi tersebut justru sebagai key business driver to growth (kunci utama pertumbuhan bisnis tersebut).
Pentingnya adanya alignment antara transformasi digital dengan objectives utama bisnis menjadi sangat krusial disini.
Alignment tersebut mencakup penentuan metriks-metriks utama di setiap titik consumer-journey bersama bisnis tersebut, dan juga mengkomunikasikan sedang berada di titik mana dan metriks apa yang sedang diukur di setiap tahapan kegiatan digital marketing yang sedang dilakukan pada periode waktu tertentu. Penggunaan funnel umum dilakukan untuk menggambarkan hasil dari setiap pengukuran metriks di setiap tahapan aktivitas Marketing dan Customer-Journey.
Teknik marketing sebenarnya sudah dikenal sejak lama, dengan cara kerja yang berorientasi kepada pelanggan, seperti strategi meningkatkan jumlah konsumen yang tepat, penguasaan terhadap product knowledge, hingga pemahaman terhadap kebutuhan dan perilaku konsumen terhadap kepuasan. Oleh karena itu, secara sederhana teknik marketing dapat disimpulkan bertujuan untuk meningkatkan income active perusahaan dalam memasarkan produk atau jasa.
Terdapat banyak teknik marketing yang kerap dilakukan, salah satunya dimulai dari merancang target marketing, lokasi yang strategis, fasilitas meliputi jaringan atau inventaris yang mendukung, hingga promosi. Yang mana dari banyaknya teknik marketing tersebut, terdapat satu titik yang menjadi inti dari sebuah pemasaran, yakni kenyamanan pelanggan.
Pemasaran dan pelanggan merupakan satu kesatuan yang kian berdampingan dan berjalan lurus menuju kesuksesan. Seorang ahli marketing dan digital strategi, sebut saja Yoke Setiawan Endarto mampu memberikan kenyamanan dan kepuasan pelanggan dengan pengalaman dan perjalanan karir yang dibuktikan dengan banyaknya platform yang berhasil berkembang di tangannya.
Yoke Setiawan Endarto dikenal panggilan Coach Yoke merupakan pendiri dan CEO dari PT. Yokesen Teknologi Indonesia, yang merupakan seorang tech developer sejak tahun 2002. Tak hanya itu, karena keahliannya tersebut, beliau akhirnya menjadi seseorang yang menguasai digital strategi dan selalu terdepan dalam perkembangan teknologi digital, hingga memiliki toko online sebanyak 69 toko online di berbagai marketplace dengan ciri khas pencapaian sebagai berikut:
- Mencapai kenyamanan pelanggan.
Yoke Setiawan Endarto berprinsip mengutamakan hal yang bertujuan untuk mendapatkan kenyamanan pelanggan. Sehingga ketika konsumen melakukan transaksi dan berbelanja, ia akan bersinergi untuk melakukan pengiriman sesegera mungkin. - Menangani berbagai toko online di marketplace terbesar di Indonesia.
Dengan kapabilitas tersebut, ia mampu meningkatkan penjualan brand dengan menghasilkan hingga 2x lipat jumlah toko online di berbagai marketplace terbesar di Indonesia, seperti Tokopedia, Shopee, dan Bukalapak. - Meningkatkan retensi konsumen.
Tak hanya meningkatkan penjualan brand saja, Yoke Setiawan Endarto juga dikenal ahli dalam mempertahankan loyalitas dan retensi konsumen sebanyak 25% dengan jangka waktu eksekusi selama 3 kuartal.
Jangan lupa baca juga artikel kami lainnya tentang bagaimana seorang masternya teknologi dan digital strategi mampu meningkatkan penjualan hingga 140% dalam 1 kuartal
12 Oct 2022